Minyak Tanah di Sulut Tembus Rp 10.000 per Liter


Minyak Tanah di Sulut Tembus Rp 10.000 per Liter
Laporan Wartawan Tribun Manado, Aro/Uke
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Meski pencabutan subsidi minyak tanah ditunda hingga 31 Januari 2012, namun sejumlah pangkalan dan pengecer menaikkan harga bahan bakar yang biasa digunakan warga itu. Bahkan ada warung yang menjual hingga Rp 10.000 per liter.
Padahal, harga eceran tertinggi (HET) minyak tanah di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Utara belum berubah. Harga sesuai HET hanya Rp 2.780 hingga 3.525 per liter.
"HET minyak tanah kita masih sesuai dengan Pergub No 32 Tahun 2008 tentang Penetapan HET Minyak Tanah Bersubsidi," ujar Kepala Biro Ekonomi Pemprov Sulut, Adry Manengkey, Rabu (16/11/2011).
Ia mengatakan, selama belum ada perubahan peraturan gubernur tersebut, maka agen dan pangkalan tidak boleh menaikkan harga minyak tanah.
Menurut Manengkey, kini sudah dibentuk tim razia. Nantinya, kata Manengkey, tim razia ini akan bertanya ke pangkalan maupun pengecer terkait harga minyak tanah yang melonjak. "Karena harga minyak tanah tidak boleh dinaikkan secara sepihak," tuturnya.
Ia mengatakan, dalam razia ini melibatkan Satuan Polisi Pamong Praja yang merupakan penegak produk hukum yang dihasilkan daerah. Ia mengatakan, Satuan Pol PP nantinya akan turun di pangkalan-pangkalan. "Karena disinyalir ada pangkalan yang bekerja sama dengan pengecer," katanya.
Kalau kedapatan melanggar, kata Manengkey, akan ada sanksi yang diberikan. Pangkalan tersebut, menurut Manengkey, tidak akan lagi diberikan jatah minyak tanah atau izinnya dicabut. "Kalau pelanggarannya sudah lebih parah, kita bisa melaporkan ke polisi. Tentunya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku," tutur Manengkey.
Kepala Bidang Bina Program Satuan Polisi Pamong Praja Sulut, Tonny Ruru mengatakan, aksi turun ke pangkalan-pangkalan akan berkoordinasi dengan semua Sat Pol PP kabupaten dan kota. "Kita akan melakukan identifikasi terlebih dahulu,apakah pangkalan tersebut memang bekerja sama dengan pengecer," kata Ruru.
Kelangkaan mitan menjelang pelaksanaan konversi ke gas ini memicu kelangkaan di berbagai daerah. Di Kabupaten Minasaha Tenggara, kelangkaan ini sudah berlangsung selama dua bulan.
Bahkan saat jatah dari Pertamina datang, stok 11 drum yang masuk langsung ludes diborong pembeli. Bahkan untuk drum terakhir, para pemilik pangkalan sudah saling berkoordinasi untuk menaikkan harga sampai Rp 6.000 per liter.
"Ada 11 drum masuk, baru sisa setengah drum terakhir kami naikkan jadi Rp 6.000. Sebelumnya hanya Rp 3.750-Rp 4.000," kata Angki, pemilik pangkalan mitan di Pasar Tosuraya, Ratahan, Mitra.(*)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Serba Ada © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers